1 / 3
2 / 3
3 / 3



ansorkabprobolinggo.or.id -Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM-NU) Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jatim, rutin menggelar bahtsul masail setiap bulan.

Rutinan digelar untuk menjawab aneka persoalan di kalangan masyarakat nahdliyyin, serta merawat tradisi intelektual di lingkungan pesantren dan Nahdlatul Ulama.

Bahtsul masail bulanan digelar di tempat yang berbeda. Ahad (21/11/2021) pagi misalnya, digelar di Desa Tanjung Rejo, kecamatan setempat.

Dibuka dengan pembacaan Kitab Kasyifatus Saja, kemudian Kitab Minhajul Abidin dan terakhir dilanjut dengan pembahasan permasalahan aktual.

Tak hanya diikuti santri dari Kecamatan Tongas, delegasi dari beberapa pondok pesantren di Pasuruan juga ikut meramaikan rutinan yang jadi tradisi pesantren dan NU tersebut.

Ketua LBM Kecamatan Tongas, Ustadz Suadi memaparkan bahwa acara pada kali ini semakin ramai dan semakin diminati.

"Alhamdulillah banyak pondok pesantren yang bersedia mengirimkan delegasi pada acara kali ini. Baik dari Kecamatan Tongas sendiri ataupun dari luar Kecamatan Tongas," ujarnya.

Ia berharap, acara halaqoh dan bahtsu bisa langgeng dan semakin berkembang. "Tujuan kami hanyalah syiar kepada masyarakat bahwa perilaku kita sehari - hari tidak lepas dari hukum syariat yang kadang tidak di ketahui kejelasan hukumnya," pungkasnya.

Beberapa Pengurus Cabang Lembaga Bahtsul Masail Kabupaten Probolinggo juga turut meramaikan acara yang berlangsung gayeng tersebut.

Tradisi Pesantren dan NU

Diskursus keagamaan, terutama fikih, dalam organisasi Nahdlatul Ulama mendapatkan ruang yang cukup besar. Diskursus yang kemudian disebut dengan bahtsul masail ini, menjadi bagian dari kegiatan organisasi keagamaan terbesar di tanah air ini.

Tradisi bahstul masail sudah berlangsung sejak lama di kalangan pesantren, bahkan sebelum NU sebagai organisasi resmi didirikan (1926). Untuk mewadahi forum ini, NU membentuk Lembaga Bahtsul Masail.

Merujuk pada Anggaran Dasar NU, munculnya forum bahtsul masail dilatari atas dasar kebutuhan masyarakat (Nahdliyin) tentang persoalan-persoalan yang berkembang dan membutuhkan jawaban keagamaan.

Dari persoalan-persoalan yang mengemuka tersebut kemudian direspons melalui musyawarah di kalangan intelektual dan kiai-kiai NU. (Ahmad Najib)

Lebih baru Lebih lama